Kamis, 18 April 2013

Belajar dari Si Hari Sabtu


                Minggu lalu seorang teman meminjamkan saya dua buku kumpulan cerpen. Salah satunya adalah Menuju(h). Buku inilah yang akan saya angkat di sini. Bukan seperti tinjauan buku-buku lainnya, saya hanya ingin membagi amanat yang saya dapatkan dari dua cerita yang terselip di dalamnya.
                Cerita-cerita itu ialah “Ke Mana Sabtu Pergi” dan “Ke Sana Sabtu Pergi” karya Sundea. Ya, sesuai namanya, kedua cerita ini sama-sama berkutat dengan hari Sabtu. Selain cerita ini, cerita-cerita lainnya juga cukup menarik untuk dibaca. Lalu kenapa saya mengangkat karya Sundea ini?  Karena dua tokohnya yakni Sabtu dan Bayang-Bayang yang begitu menarik minat saya. Mereka juga menyiratkan sebuah pesan yang menurut saya memang perlu untuk dibagikan.
                Di dalam cerita ini, Sabtu, seperti yang kita tahu adalah hari ke-6 dalam seminggu. Sabtu dikenalkan sebagai hari yang tengil, santai, dan beraroma liburan—sesuai dengan kenyataan yang kita rasakan. Ia menyerupai diri kita, terkadang tidak menyadari bahwa dirinya berperan penting bagi kelangsungan hidup ini. Sabtu pun menyamar menjadi sosok yang lain. Sekali ini Sabtu ingin berhenti sementara menjadi hari dan mulai menikmati hari.
                Di sepanjang kehidupannya sebagai sosok yang lain itu Sabtu terus diikuti oleh tokoh lainnya, Bayang-bayang. Bayang-bayang yang gelap dan melambangkan segala keburukan, baik itu terlihat dan tidak terlihat. Bayang-bayang selalu mencari celah untuk memberikan keragu-raguan, ketakutan, dan kebencian kepada Sabtu yang tengil. Namun Sabtu mengabaikannya hingga satu saat seorang gadis kecil mengambilnya karena mengira ia adalah sabut kelapa ajaib.
                Gadis itu membawanya dan berharap Sabtu dalam sosok yang lain itu  bisa menjadi jimat pembawa keberuntungan untuk abangnya yang akan berlomba layang-layang di keesokan harinya, hari yang seharusnya adalah Sabtu. Hari itu mungkin tidak akan pernah ada, karena Sabtu sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi hari. Di saat itulah bayang-bayang memanfaatkan waktu untuk menakut-nakuti Sabtu dengan mengatakan bahwa Sabtu akan menyesal selamanya karena telah mengacaukan waktu. Lain dengan usaha-usahanya yang sudah-sudah, saat ini bisikan bayang-bayang mampu merasuki pikiran Sabtu.
                Apa yang setelah itu Sabtu lakukan? Merasa terhantui? Tidak. Sabtu menghilang dari wujudnya sebagai sabut kelapa dan kembali pada deretan hari yang telah lama cemas menunggu kedatangannya kembali.
                Teman-teman, sadarkah kita kalau selama ini hidup kita terlalu dikendalikan oleh bayang-bayang? Kita terlalu takut dengan ini dan itu dalam mengambil tindakan. Kita merasa diri kita tidak cukup baik, merasa terintimidasi dengan hal-hal yang sebenarnya tidak mengganggu sama sekali, dan parahnya lagi, kita justru melakukan banyak hal tidak berguna berkaitan dengan keragu-raguan yang memang hanya BAYANG-BAYANG.
                Kita kalah dengan Sabtu yang dinilai tengil dan santai. Sabtu tahu mana ketakutan yang masih berupa angan dan mana yang nyata. Bahkan ketika bayang-bayang mencekokinya dengan mengatakan dia akan menyesal seumur hidup, Sabtu mengatasinya dengan melakukan tindakan. Dia membuktikan bahwa sesuatu tidak seharusnya hanya berakhir pada perasaan menyesal. Penyesalan seharusnya diikuti dengan tindakan untuk memperbaiki keadaan.
                Seorang teman saya pernah berkata “kamu tuh jangan mikir lima langkah ke depan. Cukup pikirin satu langkah dan jalan! Setelah kamu jalan, kamu akan tahu jalan mana yang harus kamu ambil berikutnya.” Sekarang saya mengerti maksud teman saya. Resiko tentu selalu ada. Tetapi, dengan berjalan maju ke depan, saya akan lebih dekat dengan tujuan saya dan semakin tahu apa yang harus saya perbuat.
                Mulai sekarang, mari kita pun bersama-sama menjadi manusia yang lebih optimis lagi. Menjadi pribadi yang tidak takut menjalankan mimpi masing-masing. Boleh saja merencanakan keuntungan dan kerugian yang akan datang, tapi ingat, perjalanan tidak akan dimulai jika kita hanya terus merencanakan tanpa menjalankannya. Untuk yang sebentar lagi tes masuk universitas, yang mau membuka usaha, atau siapa pun yang merasa ragu-ragu dengan tekadnya meneruskan mimpi, mulailah berjalan. Jalan kita masih panjang, teman! Sayang banget, kan, kalau kita menunda perjalanan dan melewatkan kesempatan yang lagi menunggu kita di depan sana? Apa juga jadinya kalau nantinya tidak mempunyai cukup waktu untuk bagian terbaiknya?
                Untuk cerita lengkapnya, ya…bukan kewenangan saya bercerita, jadi silahkan membaca sendiri (gak niat ngiklan, serius!). Tapi yang jelas, dengan note ini, saya pun akhirnya melakukan hal yang lama saya ingin lakukan. Berbagi cerita dan menginspirasi. Siap mulai  untuk giliranmu? ;)

Go Go Power rangers!!
-Gee

(Artikel ini ini saya re-post dari postingan awal di youngontop.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar