Jumat, 16 Agustus 2013

Bagimu (Anak) Negeri



Wew, sudah 68 tahun sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pertama dibacakan di depan umum. Sejak tadi saya merinding mendengar lagu Bagimu Negeri berkumandang selagi memandangi kibaran bendera merah putih di depan rumah, di lain sisi ini juga membuat saya merasa miris. Masih saja sering saya mendengar ungkapan-ungkapan seperti di bawah ini:

Waktu nonton film yang cinematography-nya keren dari luar negeri:
“Kapan ya Indonesia bisa kayak gitu? 50 tahun lagi juga belum tentu.”

Waktu baca berita:
“Payah banget sih politik negeri ini. Males juga ngedukungnya. Bisanya cuma korup.”

Waktu ngomongin cita-cita:
“Gua mah kalo udah sukses, punya banyak uang mau tinggal di luar negeri. Indonesia nggak maju-maju.”

Nahlo! Gimana mau merdeka kalau jalan pikir orang-orangnya kayak gitu? Memprihantinkan memang, tapi ini kenyataannya. Lebih banyak yang mempertanyakan “Apa yang bisa negara ini beri untuk saya?” daripada yang memikirkan ”Apa yang bisa saya beri untuk negara ini?”

Mimpi untuk menjadi hebat dan kaya bukan suatu hal yang salah. Tapi jangan juga mengejar kekayaan atas materi dan kekuasaan, melainkan karya. Ya, seharusnya kita juga berusaha untuk bisa kaya akan karya. Karya yang bukan hanya mampu menunjukan eksistensi diri namun juga membantu mengharumkan nama negeri ini.

Coba lihat prestasi yang diberikan teman-teman kita Juli lalu, di ajang Olimpiade Matematika Internasional ke-54 yang diadakan di Santa Marta, Kolombia, pada 18-27 Juli 2013. Stephen Sanjaya dan enam anak Indonesia lainnya berhasil membawa pulang dua medali emas dan empat medali perak. Tetapi bukan hanya mereka pahlawannya di sini, melainkan timpengajar mereka yang mampu membuat mereka seperti ini. Orang yang telah mengajarkan mereka bukan hanya berkarya untuk eksistensi diri, pengajarannya mampu mencerdaskan anak-anak ini dan membawa mereka mengaharumkan nama negara. Dengan demikian, karyanya mengkaryakan hal yang lainnya. Menjadi inspirasi bagi banyak anak lainnya.

Setiap dari kita memiliki bekal masing-masing. Mudahnya saja, bagi para kaum terpelajar, sebelum membuat terobosan baru yang besar untuk diterapkan, hendaknya terlebih dulu menerapkan apa yang telah dia pelajari dan mengajarkannya bagi orang disekitarnya yang mungkin kurang mengerti. Mulai dari mengajarkan adik mengerjakan PR-nya sampai membagikan ilmunya untuk memberdayakan Sumber Daya Manusia di sekitar. Kalau ada yang mau niat belajar, mbok ya dibantu, jangan diragukan atau diremehkan terlebih dahulu. Sudah saatnya para kaum terpelajar membukakan mata orang-orang yang belum sadar akan entingnya belajar. Bukan saja dengan demo, tapi mensosialisasikan issue-issue penting. Buat waktu yang kita habiskan untuk menimba ilmu berarti.

Bagi kita pemuda, sudah saatnya kita bekerja menciptakan dunia yang kita impikan. Muak dengan politisi yang korup, jadilah politisi berikutnya yang bersih. Kesel lihat film Indonesia yang gitu-gitu aja, ya pelajarilah bagaimana cara membuat yang lebih baik dan ciptakan. Merasa Indonesia gak maju-maju, ini tugaskita untuk memajukannya. Seperti Mathama Gandhi pernah berkata, Be the change we wish to see. Jangan menunggu Indonesia bisa ini dan itu untuk mencintai negeri sendiri. Kenalilah Indonesia lebih dekat lagi, jadilah bagian di dalamnya, bangunlah jiwanya bangunlah raganya untuk Indonesia raya. Sadarkan orang-orang disekitar kita betapa berharganya negeri ini dan buat mereka mencintainya.

Buat Dirgahayu Indonesia ke-68 ini sebagai titik tolak kita menuju Indonesia yang lebih baik. Optimis, bersama-sama kita lakukan gerakan pembangunan dari pribadi kita masing-masing. Kita pribadi yang merdeka dari stereotape kebobrokan Indonesia mampu membuktikan bahwa kita lebih baik.

Buat Indonesia merdeka,



Gee ^0^”